PENGELOLAAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
TUGAS
TERSTRUKTUR
JATI
DIRI UNSOED
PENGELOLAAN
KECERDASAN EMOSIONAL DALAM
PROSES
BELAJAR MENGAJAR
Disusun oleh :
Rima Ramadhania B1J012106
Lydia Amellia Muly B1J012112
Widiasmara Pasha B1J012178
Nilla
Ambarwati N B1J010187
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dunia pendidikan
di tanah air pada saat ini hendaknya sudah mulai merubah paradigma berpikir
terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kita semua menyadari bahwa dari dulu
proses pendidikan dan pembelajaran di Indonesia lebih berorientasi dan
menekankan pada kemampuan intelektual (IQ) atau aspek kognisi saja. Kemampuan
intelektual seolah-olah lebih menjawab persoalan pendidikan dibandingkan dengan
kemampuan lainnya. Pendidikan di Indonesia selama ini terlalu menekankan arti
penting nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi jarang sekali ditemukan pendidikan
tentang kecerdasan emosi yang mengajarkan tentang : integritas, kejujuran,
komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan dsb.
Mungkin kita bisa melihat dari bentukan karakter dan kualitas sumber daya manusia era 2000 yang perlu dipertanyakan, yang berbuntut pada krisis ekonomi yang berkepanjangan pada waktu itu. Meskipun mereka mempunyai pendidikan yang sangat tinggi dengan gelar di depan atau belakang namanya, mereka hanya mengandalkan logika saja. Rupa-rupanya ada satu hal yang terlupakan oleh kita semua adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang terjadi selama ini EQ tidak pernah tersentuh. Orientasi pembelajaran pada siswa adalah kecerdasan intelektual, dimana hal ini saja tidak cukup bagi siswa untuk dapat berhasil dalam meniti kehidupan bagi keberhasilan masa depan mereka.
Mungkin kita bisa melihat dari bentukan karakter dan kualitas sumber daya manusia era 2000 yang perlu dipertanyakan, yang berbuntut pada krisis ekonomi yang berkepanjangan pada waktu itu. Meskipun mereka mempunyai pendidikan yang sangat tinggi dengan gelar di depan atau belakang namanya, mereka hanya mengandalkan logika saja. Rupa-rupanya ada satu hal yang terlupakan oleh kita semua adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang terjadi selama ini EQ tidak pernah tersentuh. Orientasi pembelajaran pada siswa adalah kecerdasan intelektual, dimana hal ini saja tidak cukup bagi siswa untuk dapat berhasil dalam meniti kehidupan bagi keberhasilan masa depan mereka.
Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara
guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam
peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar
hubungan antar guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal
ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman
sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar seperti, penanaman kecerdasan
emosional yang menunjang. Proses belajar-mengajar mempunyai makna dan
pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses
belajar-mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan
antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini
terjalin intraksi yang saling menunjang.
Dalam
memahami kecerdasan emosional, penting bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu
apa itu kecerdasan dan apa itu emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, maka akan
memudahkan kita untuk memeroleh gambaran dan memahami hakikat kecerdasan
emosional.
Menurut
Spearman dan Jones, bahwa ada suatu konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal
pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan sumber
tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa Yunani disebut noun, sedangkan penggunaan kekuatan
termasuk disebut noesis. Kedua
istilah tersebut kemudian dalam bahasa Latin dikenal sebagai intellectus dan intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris masing-masing
diterjemahkan sebagai intellect dan interlligence. Transisi bahasa tersebut,
ternyata membawa perubahan makna yang mencolok Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita disebut intelegensi
(kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata,
tetapi kemudian diartikan sebagai kekuatan lain.
Dalam
perkembangan selanjutnya, pengertian intelegensi banyak mengalami perubahan,
namun selalu mengandung pengertian bahwa intelegensi merupakan kekuatan atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan
berkaitan dengan hakekat emosi, Beck mengungkapkan pendapat James dan Lange
yang menjelaskan bahwa Emotion is the
perception of bodily changes wich occur in response to an event. Emosi
adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan
(respons) terhadap suatu peristiwa. Definisi ini bermaksud menjelaskan bahwa pengalaman
emosi merupakan persepsi dari reaksi terhadaP situasi.
Kata
emosi secara sederhana bias didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara
metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Emosi sejak lama dianggap
memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai
motus anima yang artinya harfiahnya
“Jiwa yang menggerakan kita”. Berlawanan dengan kebanyakan pemikiran konvensional,
emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi emosi berlaku sebagai
sumber energy autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat menjadi
sumber kebIjakan intuitif. Dengan kata lain, emosi tidak lagi dianggap sebagai penghambat
dalam hidup kita, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, kedermawanan,
bahkan kebijaksanaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari kecerdasan emosional?
2. Apa
pentingnya kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar?
3. Hal
apa saja yang dapat membangun kecerdasan emosional?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu mengaplikasikan kecerdasan emosional yang didapat
dari proses
KBM, sehingga dapat menunjang prestasi akademik
maupun non akademik.
1.4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdoa.
Menurut Saphiro, istilah kecerdasan
emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter
Salovey dan John Mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang
dianggap penting untuk mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang
dimaksud antara lain : 1). Empati 2). Mengungkapkan dan memahami perasaan 3).
Mengendalikan amarah 4). Kemampuan kemandirian 5). Kemampuan menyesuaikan diri
6). Diskusi 7). Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi 8). Ketekunan 9).
Kesetiakawanan 10). Keramahan dan 11). Sikap hormat.
Kecerdasan emosional mencakup
pengendalian diri, ketekunan, kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri, mengenali perasaan orang
lain (empati), membina hubungan (kerjasama) dan memandu pikiran serta tindakan
ke arah yang positif. Oleh karena itu mengelola kecerdasan emosional dalam
proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap peserta didik.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan
untuk memahami, mengelola dan menerapkan emosi diri sendiri dan orang lain guna
meningkatkan prestasi dibidang akademik, karir dan hubungan sosial. Dalam
proses belajar, kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ)
saling berkaitan, melengkapi dan saling mendukung. IQ tidak dapat berfungsi
dengan baik tanpa
dukungan EQ yang cerdas. Keseimbangan antara IQ dan
EQ merupakan kunci keberhasilan belajar mahasiswa, dengan demikian rational
intelligence dan emotional intelligence harus secara bersamaaan
ditingkatkan.
2.2 Pentingnya
Pengelolaan Kecerdasan Emosional dalam Proses KBM
Pembangunan kecerdasan emosional atau EQ
dalam dunia pendidikan terutama di sekolah-sekolah tentunya bukan tanggung
jawab masing-masing individu ataupun orang tuanya. Seorang guru pun harus mampu
memiliki peran untuk membentuk karakter dan pribadi anak didiknya. Peserta
didik yang memiliki kecerdasan emosional baik tentunya sangat berpengaruh dalam
hubungan interpersonal diantara mereka. Hubungan interpersonal yang sudah
terbangun akan sangat bermanfaat untuk menanamkan kerja sama antara siswa dalam
mengatasi persoalan yang diberikan oleh guru.
Pentingnya dari kecerdasan emosional
atau EQ dalam proses belajar mengajar untuk memaksimalkan kualitas dari siswa
tersebut dalam bidang akademik maupun non-akademik. Sehingga akan melahirkan
orang-orang yang berprestasi, unggul, kreatif, dan mampu bersaing dengan
perkembangan jaman. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi
bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan
kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimal. Kemudian, Doug Lennic
menegaskan “yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan keterampilan
intelektual, tetapi orang juga memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaaatkan
potensi bakat mereka secara penuh. Penyebab kita tidak mencapai potensi
maksimum adalah ketedikterampilan emosi.”
Kecerdasan akademis praktis tidak
menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak-atau kesempatan-yang ditimbulkan
oleh kesulitan hidup. Sebaliknya, keterampilan emosional merupakan
meta-ability, yang menentukan seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilan
manapun yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum terasah. Kecerdasan
emosional merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam mulai
memengaruhi semua kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun menghambat
kemampuan itu.
Lebih lanjut, Goleman menjelaskan bahwa
orang yang secara emosional cakap-yang mengetahui dan menangani perasaan mereka
dengan baik yang mampu mebaca dan mengahadapi perasaan orang lain dengan
efektif- memiliki keuntungan di setiap bidang kehidupan. Orang dengan
keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan
bahagian dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang
mendorong produktivitas mereka. Sementara, orang yang tidak dapat menghimpun
kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalaami pertarungan batin
yang merantas kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan
memiliki pikiran yang jernih.
Kecakapan
emosi yang paling sering mengantar orang ke tingkat keberhasilan ini antara
lain:
·
Inisiatif, semangat juang, dan kemampuan
menyesuaikan diri;
·
Pengaruh, kemampuan memimpin dan
kesadaran politis;
·
Empati, percaya diri dan kemampuan
mengembangkan orang lain.
2.3
Hal-hal yang dapat Membangun Kecerdasan Emosional
Mengenali
emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda.
Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda.
Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
Mengelola
emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.
Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Anda tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.
Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Anda tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Seorang guru pun harus mampu memiliki
peran untuk membentuk karakter dan pribadi anak didiknya. Peserta didik yang
memiliki kecerdasan emosional baik tentunya sangat berpengaruh dalam hubungan
interpersonal diantara mereka. Hubungan interpersonal yang sudah terbangun akan
sangat bermanfaat untuk menanamkan kerja sama antara siswa dalam mengatasi
persoalan yang diberikan oleh guru.
Kecerdasan emosional atau EQ dalam
proses belajar mengajar dapat memaksimalkan kualitas dari siswa tersebut dalam
bidang akademik maupun non-akademik. Sehingga akan melahirkan orang-orang yang
berprestasi, unggul, kreatif, dan mampu bersaing dengan perkembangan jaman.
Kecerdasan emosional dapat dibangun dengan berbagai
macam cara seperti: mengenali emosi diri, melepaskan emosi negatif, mengelola
emosi diri sendiri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, mengelola
emosi orang lain, memotivasi orang lain.
3.2 Saran
Untuk melahirkan siswa-siswa yang berkualitas tidak cukup dengan
mengandalkan IQ (kecerdasan Intelektual), upaya untuk melengkapinya seorang
peserta didik harus memupunyai kemampuan dalam mengendalikan EQ (kecerdasan
emosional). Diharapkan dikemudian harinya akan tercipta individu-individu baru
dengan kemampuan dalam bidang akademik dan non akademik. Dengan begitu dapat
melahirkan peserta didik berkualitas yang akan mempunyai sikap dan moral yang
baik, unggul dalam intelektual maupun keterampilan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman
Daniel, 1995, Emotional Intelligence,
Kecerdasan Emosional, terjemahan T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamzah
Uno, 2002, Pengantar Psikologi
Pembelajaran, Gorontalo: Nuruljannah
Kaphin dan Sadock, 1992, Emotional Quotient, New York:
McGraw-Hill Companies Inc.
Linda Campbell, Bruce Campbell, dan Dee
Dickinson, 2002, Teaching and Learning Through Multiple Intelligences, Multiple Intelligence: Metode
Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Terjemahan
Tim Inisiasi, Depok: Inisiasi.
Nana Sudjana, 1998, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Agen Sindo Offset.
Robert S. Feldam, 1992, Essential of Understanding Psychology,
New York: McGraw-Hill Companies
Inc.
Robert C. Beck, 1990, Motivations: Therioes and Principles, New
Jersey: Prentice Hall
Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, 1998, Executive EQ: Emotional Intelligent in Leadership and Organization, Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi,
Terjemahan Alex Tri Kantjono W, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Sadirman A. M., 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Jakarta: Radjawali.
0 komentar: