Belajar dari kesuksesan orang lain, terapkan dan lakukan dengan caramu sendiri! PREPARING MY SELF FOR FIM (Forum Indonesia Muda) #18 2016
Mengubah Definisi Zona Nyaman
Profil Ruli Aulia, FK UGM
Forum Indonesia Muda Angkatan 17
Saya merupakan mahasiswa salah satu fakultas dengan sistem blok yang dituntut untuk menyelesaikan 165 SKS dalam 3,5 tahun, sehingga rata-rata harus mengambil 23,5 SKS per semester. Hal tersebut tidak membuat saya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang). Saya memutuskan untuk menjalani masa 3,5 tahun kuliah tersebut dengan sedikit melakukan lebih diluar kuliah, membuat list hal-hal yang akan saya lakukan sebelum lulus.
Setelah tiga setengah tahun mengusahakan, Alhamdulillah atas izin-Nya saya bisa mencoret checklist yang saya targetkan. Saya lulus 3,5 tahun setelah menyelesaikan 168 SKS dengan nilai sesuai yang saya targetkan, mengikuti program pembinaan di salah satu asrama mahasiswa selama 2 tahun yang berisi program pembinaan kepemimpinan, spiritual (tahsin, tahfidz, kajian Islam, dll) hingga taekwondo, mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan, mengikuti berbagai lomba, beberapa diantaranya memperoleh penghargaan pada tingkat nasional, menulis di media masa nasional, mengikuti student exchange, melakukan beberapa penelitian beberapa diantaranya dipresentasikan dan dilombakan, mengikuti beberapa International conference, mengikuti organisasi di dalam dan diluar kampus, menginisiasi pendirian komunitas mahasiswa, menjadi panitia berbagai event, serta tak lupa jalan-jalan sambil nongkrong untuk membangun network dan memiliki banyak teman, misalnya di Forum Indonesia Muda (FIM).
Pada awalnya terasa berat. Namun semua itu justru menyenangkan ketika kita mampu mengubah seluruh tantangan diluar zona nyaman dan memberikan label baru sebagai my (extended) comfort zone. Bahwa zona nyaman setiap mahasiswa bisa jadi adalah senantiasa bergerak untuk mengembangkan diri dan menciptakan perubahan bagi lingkungannya. Sehingga tujuan saya menulis yang kali ini, adalah mengajak semua pembaca to create their own (extended) comfort zone. Karena melakukan tantangan bukan berarti keluar dari zona nyaman, melainkan memiliki zona nyaman baru yang lebih luas yang membuat kita mampu tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat.
Bagaimana caranya? Dimuali dengan
(1)keberanian mengambil resiko. High risk, high return! Untuk melakukan kegiatan diluar kuliah yang padat, harus mengambil resiko, mulai dari resiko jam tidur yang berkurang, resiko sangat lelah karena full seharian beraktivitas terkadang hingga larut malam, resiko mengejar tugas dan belajar yang harus lebih keras dari teman-teman hingga resiko akademik. Salah satu resiko yang paling saya rasakan adalah waktu belajar yang sangat berkurang karena banyaknya aktivitas yang saya lakukan sehingga membuat nilai akademik saya tidak sebaik teman-teman saya yang fokus di akademik. Nilai tidak keluar/nilai K (kurang) atau dibawah standar kelulusan (nilai D) pernah saya dapatkan. Namun kegiatan non-akademik bukan berarti excuse untuk nilai saya boleh jelek, saya kejar dengan seluruh usaha, hingga akhirnya saya bisa lulus cumlaude.
Saya percaya bahwa dengan memiliki berbagai kegiatan, saya justru belajar banyak hal yang tidak akan saya dapatkan dari lecture atau praktikum. Terkadang saya merasa begitu lelah dengan padatnya agenda saya setiap hari, namun disitulah titik dimana saya meyakinkan diri dan berdoa bahwa semua yang saya lakukan semoga bernilai ibadah dan akan saya rasakan hasilnya pada masa yang akan datang. Salah satu kata motivasi yang sangat saya sukai adalah: teruslah berlelah-lelah, istirahatnya nanti di surga Allah. Motivasi baik yang kuat akan membuat kita mampu bertahan dalam kelalahan, sehingga kita akan menikmati setiap lelah.
(2)Prioritas. Buatlah prioritas tentang kegiatan-kegiatan yang kita pilih agar jadwal kita bukan hanya asal padat, jadwal yang padat itu harus dipastikan diisi oleh padatnya aktivitas yang berkontribusi dan membawa kita semakin dekat dengan impian-impian kita. Saya sempat melakukan kesalahan dimana pada awal mengikuti berbagai kegiatan, saya asal ikut ini itu, hingga saya jatuh sakit karena hal tersebut. Sehingga saya belajar bahwa saya harus mensortir kegiatan mana yang akan saya lanjutkan, dan kegiatan mana yang tidak akan saya ambil. Salah satu keputusan berat yang pernah saya buat adalah mengundurkan diri di tahap akhir seleksi pemilihan asisten praktikum di kampus karena kegiatan saya yang sudah padat. Kegagalan dalam menentukan prioritas akan membuat kita lelah dan tidak merasakannya sebagai sesuatu yang kita nikmati sebagai zona nyaman kita.
Happiness is growing! Kebahagiaan adalah ketika kita tumbuh!
(3)Rasakan akselerasinya. Yaitu dengan melihat bahwa kita sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari, sama-sama telah melewati semester demi semester, dan akan diwisuda dengan ijazah yang sama. Namun apa yang membuat kita berbeda adalah apa yang telah kita pelajari diluar kuliah untuk mendapatkan wisuda sehingga kita menjadi sosok yang jauh lebih baik dari saat pertama kali kita masuk kuliah. Yang membuat kita berbeda adalah apa yang sudah kita kontribusikan untuk lingkungan kita, membuat organisasi yang dulu kita bangun bersama-sama saat ini terus tumbuh menjadi lebih besar, melihat komunitas yang kita inisiasi saat ini sudah memiliki kepengurusan yang lebuh baik. Yang membuat kita bebeda adalah keberanian yang kita ambil untuk mengurangi jam tidur sehingga ada beberapa piala dan tabungan hasil wirausaha yang bisa kita berikan untuk orang tua kita.
Teruslah berkarya!
Profil Ruli Aulia, FK UGM
Forum Indonesia Muda Angkatan 17
Saya merupakan mahasiswa salah satu fakultas dengan sistem blok yang dituntut untuk menyelesaikan 165 SKS dalam 3,5 tahun, sehingga rata-rata harus mengambil 23,5 SKS per semester. Hal tersebut tidak membuat saya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang). Saya memutuskan untuk menjalani masa 3,5 tahun kuliah tersebut dengan sedikit melakukan lebih diluar kuliah, membuat list hal-hal yang akan saya lakukan sebelum lulus.
Setelah tiga setengah tahun mengusahakan, Alhamdulillah atas izin-Nya saya bisa mencoret checklist yang saya targetkan. Saya lulus 3,5 tahun setelah menyelesaikan 168 SKS dengan nilai sesuai yang saya targetkan, mengikuti program pembinaan di salah satu asrama mahasiswa selama 2 tahun yang berisi program pembinaan kepemimpinan, spiritual (tahsin, tahfidz, kajian Islam, dll) hingga taekwondo, mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan, mengikuti berbagai lomba, beberapa diantaranya memperoleh penghargaan pada tingkat nasional, menulis di media masa nasional, mengikuti student exchange, melakukan beberapa penelitian beberapa diantaranya dipresentasikan dan dilombakan, mengikuti beberapa International conference, mengikuti organisasi di dalam dan diluar kampus, menginisiasi pendirian komunitas mahasiswa, menjadi panitia berbagai event, serta tak lupa jalan-jalan sambil nongkrong untuk membangun network dan memiliki banyak teman, misalnya di Forum Indonesia Muda (FIM).
Pada awalnya terasa berat. Namun semua itu justru menyenangkan ketika kita mampu mengubah seluruh tantangan diluar zona nyaman dan memberikan label baru sebagai my (extended) comfort zone. Bahwa zona nyaman setiap mahasiswa bisa jadi adalah senantiasa bergerak untuk mengembangkan diri dan menciptakan perubahan bagi lingkungannya. Sehingga tujuan saya menulis yang kali ini, adalah mengajak semua pembaca to create their own (extended) comfort zone. Karena melakukan tantangan bukan berarti keluar dari zona nyaman, melainkan memiliki zona nyaman baru yang lebih luas yang membuat kita mampu tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat.
Bagaimana caranya? Dimuali dengan
(1)keberanian mengambil resiko. High risk, high return! Untuk melakukan kegiatan diluar kuliah yang padat, harus mengambil resiko, mulai dari resiko jam tidur yang berkurang, resiko sangat lelah karena full seharian beraktivitas terkadang hingga larut malam, resiko mengejar tugas dan belajar yang harus lebih keras dari teman-teman hingga resiko akademik. Salah satu resiko yang paling saya rasakan adalah waktu belajar yang sangat berkurang karena banyaknya aktivitas yang saya lakukan sehingga membuat nilai akademik saya tidak sebaik teman-teman saya yang fokus di akademik. Nilai tidak keluar/nilai K (kurang) atau dibawah standar kelulusan (nilai D) pernah saya dapatkan. Namun kegiatan non-akademik bukan berarti excuse untuk nilai saya boleh jelek, saya kejar dengan seluruh usaha, hingga akhirnya saya bisa lulus cumlaude.
Saya percaya bahwa dengan memiliki berbagai kegiatan, saya justru belajar banyak hal yang tidak akan saya dapatkan dari lecture atau praktikum. Terkadang saya merasa begitu lelah dengan padatnya agenda saya setiap hari, namun disitulah titik dimana saya meyakinkan diri dan berdoa bahwa semua yang saya lakukan semoga bernilai ibadah dan akan saya rasakan hasilnya pada masa yang akan datang. Salah satu kata motivasi yang sangat saya sukai adalah: teruslah berlelah-lelah, istirahatnya nanti di surga Allah. Motivasi baik yang kuat akan membuat kita mampu bertahan dalam kelalahan, sehingga kita akan menikmati setiap lelah.
(2)Prioritas. Buatlah prioritas tentang kegiatan-kegiatan yang kita pilih agar jadwal kita bukan hanya asal padat, jadwal yang padat itu harus dipastikan diisi oleh padatnya aktivitas yang berkontribusi dan membawa kita semakin dekat dengan impian-impian kita. Saya sempat melakukan kesalahan dimana pada awal mengikuti berbagai kegiatan, saya asal ikut ini itu, hingga saya jatuh sakit karena hal tersebut. Sehingga saya belajar bahwa saya harus mensortir kegiatan mana yang akan saya lanjutkan, dan kegiatan mana yang tidak akan saya ambil. Salah satu keputusan berat yang pernah saya buat adalah mengundurkan diri di tahap akhir seleksi pemilihan asisten praktikum di kampus karena kegiatan saya yang sudah padat. Kegagalan dalam menentukan prioritas akan membuat kita lelah dan tidak merasakannya sebagai sesuatu yang kita nikmati sebagai zona nyaman kita.
Happiness is growing! Kebahagiaan adalah ketika kita tumbuh!
(3)Rasakan akselerasinya. Yaitu dengan melihat bahwa kita sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari, sama-sama telah melewati semester demi semester, dan akan diwisuda dengan ijazah yang sama. Namun apa yang membuat kita berbeda adalah apa yang telah kita pelajari diluar kuliah untuk mendapatkan wisuda sehingga kita menjadi sosok yang jauh lebih baik dari saat pertama kali kita masuk kuliah. Yang membuat kita berbeda adalah apa yang sudah kita kontribusikan untuk lingkungan kita, membuat organisasi yang dulu kita bangun bersama-sama saat ini terus tumbuh menjadi lebih besar, melihat komunitas yang kita inisiasi saat ini sudah memiliki kepengurusan yang lebuh baik. Yang membuat kita bebeda adalah keberanian yang kita ambil untuk mengurangi jam tidur sehingga ada beberapa piala dan tabungan hasil wirausaha yang bisa kita berikan untuk orang tua kita.
Teruslah berkarya!
Bocoran Agar Lolos Seleksi Forum Indonesia Muda
Oleh: Dimas Prasetyo Muharam, FIM 14C, Universitas Indonesia
Judul tulisan ini sekilas bernada trik curang agar lolos seleksi agar
tergabung dalam Forum Indonesia Muda (FIM). Tapi saya menjamin, tidak
ada kecurangan sama sekali di sini. Apalagi niatnya adalah ikut FIM,
sebuah wadah para pemuda dari Sabang sampai Merauke untuk jadi
calon-calon pemimpin masa depan, tak etis tentunya jika menggunakan
cara-cara yang tak semestinya.
Kata ‘bocoran’ di sini sebenarnya
hanya akan memberikan pandangan dan sedikit tips strategi untuk kamu
yang sedang mengikuti seleksi FIM angkatan berapapun. Strategi agar kamu
dapat secara optimal menerangkan siapa dirimu dan track record-mu pada
berkas pendaftaran FIM, agar kamu yang merupakan pemuda-pemuda pilihan
bangsa, tak lantas gagal lolos FIM hanya karena salah strategi.
Sebab saya yakin, orang sukses bukan hanya mereka yang pandai atau
berpengetahuan luas, tapi juga orang yang dapat berada dalam waktu dan
situasi yang tepat dengan cara-cara yang tepat pula. Bahasa kerennya the
right man in the right place. Tapi bukan hanya sampai di situ, tentu
izin Allah pada akhirnya akan menentukan segalanya. Jadi setelah membaca
‘bocoran’ ini, tetap harus ikhlas ya menanti pengumuman peserta lolos
seleksi FIM.
Sebelumnya, saya adalah alumni Forum Indonesia Muda
atau FIM angkatan 14C. C di sana menunjukkan lokasi pelatihan yaitu di
Cibubur, Jakarta oleh karena di angkatan FIM 14 pelatihan FIM dilakukan
di dua lokasi yaitu di Cibubur dan di Bukittinggi, Sumatra Barat. FIM
memang biasanya tiap tahun mengadakan dua kali live skill training and
character building, yaitu sekitar bulan Mei dan juga di Oktober.
Peserta tiap angkatan rata-rata berjumlah lebih dari 120 pemuda usia 18
– 30 tahun, dan setelah pelatihan maka disebut alumni FIM. Selain itu,
saya juga pernah tergabung sebagai panitia dalam pelatihan FIM. Jadi
sedikit banyak tahu mengenai proses seleksi FIM dan ingin berbagi
informasi ini agar teman-teman dapat menggunakan strategi yang tepat.
Tips Umum Pendaftaran Forum Indonesia Muda
Proses pendaftaran FIM biasanya sudah dibuka minimal tiga bulan dari
waktu pelaksanaan program pelatihan. Pendaftaran FIM dilakukan secara
online dengan mengisi form dan submit berkas kelengkapan di laman http://portal.forumindonesiamuda.org.
Di sana tersedia informasi lengkap mengenai apa itu FIM, kapan waktu
pelaksanaan, narahubung yang tersedia, dan pastinya form registrasi
untuk menjadi anggota pelatihan FIM angkatan yang sedang dibuka.
Beberapa tips berikut mungkin tidak sesuai lagi dengan kreteria dan
persyaratan untuk mengikuti angkatan FIM yang sedang kamu daftar saat
ini, akan tetapi prinsip-prinsip umum dapat dijadikan semacam pedoman
untuk mengisi CV dan menerangkan maksud tujuan serta motivasimu
mengikuti FIM atau kegiatan serupa lainnya.
Tips pertama yaitu
tak perlu terburu-buru untuk submit form registrasi. Dalam Portal FIM,
form dapat diisi kemudian disimpan sebelum akhirnya dikirim dan tak
dapat direvisi lagi. Isi dengan seksama dan jangan sampai ada kolom yang
terlewat atau diisi asal-asalan, baru setelah benar-benar yakin boleh
disubmit sebelum deadline penutupan registrasi FIM.
Ya ini
memang akan buat panitia recrutment kelimpungan jika banyak deadliners,
tapi tenang, jangan korbankan kesempatanmu menjadi anggota FIM hanya
karena ingin terburu-buru mengirimkan formulir. Biasanya tak ada nilai
plus kok untuk yang terlebih dulu melengkapi form pendaftaran, poin
terpenting adalah kelengkapan. Saya yakin para panitia sudah ikhlas
mengemban amanah ini smile emoticon
Tips kedua, carilah surat rekomendasi di awal masa pendaftaran agar tak
telat saat deadline nanti. Surat rekomendasi ini dapat berasal dari
ketua organisasi kamu berada saat ini, atau orang berpengaruh lain di
lingkungan kampus atau berkegiatan kamu. Isi surat rekomendasinya pun
harus jelas, bukan sekedar surat keterangan bahwa kamu memang berasal
dari organisasi tersebut.
Harus ada kalimat yang menerangkan
bahwa dia, sebagai pemberi rekomendasi, memang merekomendasikan kamu
untuk mengikuti pelatihan Forum Indonesia Muda angkatan sekian. Dan
sebagai perhatian, harus surat rekomendasi yang terbaru ya, jangan yang
pernah bekas dipakai untuk mendaftar FIM sebelumnya 😀
Tips
ketiga adalah agar secara lengkap dan seksama saat mengisi CV dan juga
esai motivasi. Apabila ada dua hal tersebut, maka itu adalah inti
komponen penilaian apakah kamu lolos ikut pelatihan FIM. Kuncinya adalah
isi dengan lengkap, prioritaskan menuliskan hal-hal yang jadi
kelebihanmu, dan pastinya harus jujur. Untuk lebih detail mengenai
strategi agar memperoleh hasil maksimal saat mengisi curriculum vitae
dan esai motivasi pada saat pendaftaran FIN, akan dijelaskan di tulisan
berikutnya ya.
Tips keempat, carilah seniormu di kampus atau
berkenalanlah dengan alumni FIM angkatan sebelumnya. Lebih bagus lagi
jika dia sudah mengenal baik kamu dari segi karakter dan juga sepak
terjang selama ini. Nanti jangan lupa di formulir pendaftaran FIM, minta
izin dan masukkan nama alumni tersebut sebagai orang yang
merekomendasikan kamu bergabung di FIM. Sama halnya saat kamu mengikuti
seleksi atau melamar sebuah pekerjaan, maka kontak perekomendasi bisa
menjadi cukup penting karena dapat dihubungi oleh pihak penyelenggara
untuk mengetahui lebih jauh dan konfirmasi mengenai track record kamu.
Jika persyaratan ini ada, maka perlu dengan cermat untuk memilih siapa
yang sekiranya punya pandangan positif dan tahu mengenai kamu yang
sebenarnya. Tapi jika tak disyaratkan, ya punya koneksi dengan alumni
FIM yang kece-kece ga ada ruginya kok grin emoticon.
Tips lainnya, tak perlu khawatir untuk kamu yang berasal bukan dari
kampus-kampus populer atau daerah-daerah. Bisa jadi saat angkatan
seleksimu, FIM menerapkan kebijakan untuk mempertimbangkan keunikan dan
keberagaman peserta, serta mendorong agar alumni-alumni FIM tersebar di
berbagai daerah. Jadi beranikan saja untuk mendaftar, meski kamu berasal
dari kampus, latar belakang agama, etnis, kondisi fisik, atau daerah
yang terpencil.
Khususnya saya mendorong agar kamu apabila
mahasiswa dengan disabilitas agar juga memberanikan diri mengikuti FIM.
Agar jejaringmu makin luas dan dapat mengajak alumni FIM lainnya agar
mengenal dirimu.
Tips umum terakhir yaitu jangan pernah menyerah
untuk mendaftar FIM. Selama usia masih masuk kategori peserta FIM,
teruslah berjuang untuk mendaftar. Sebab ada kemungkinan diterapkan
prioritas juga untuk mereka yang pernah mendaftar FIM sebelumnya tapi
belum diterima. Tapi Insha Allah, dengan strategi yang tepat, kamu akan
segera tergabung di FIM.
Namun jika kesempatan itu belum tiba, jangan pernah menyerah kawan!
Lalu, mengapa saya perlu repot-repot menulis ‘bocoran’ ini agar
teman-teman lolos FIM? sebetulnya tak repot juga, saya senang kok saat
berbagi, apalagi hal-hal positif. Saya ingin teman-teman dapat bergabung
dalam FIM karena saya sudah merasakan berada di dalamnya. Mungkin
pelatihan dan materi-materi yang di dapat saat FIM training dapat
ditemui juga di kegiatan kepemudaan yang serupa.
Tapi satu hal
yang membuat FIM berbeda adalah kamu dapat menemukan keluarga baru di
FIM. Teman-teman satu angkatan dan angkatan lainnya yang pasca resmi
menyandang status alumni FIM, maka mereka semua menjadi keluarga barumu.
Dan keluarga ini bukan main-main lho, mereka adalah para anak muda yang
menjadi pemimpin di daerah, lingkungan, kampus, atau organisasinya
masing-masing. Tentu ini menjadi social capital yang luar biasa untuk
kamu saat bergabung di FIM.
Nah, sekian dulu tips-tips umum agar
lolos seleksi Forum Indonesia Muda. Berikutnya akan dibahas lebih rinci
lagi strategi saat mengisi formulir pendaftaran agar mendapatkan
penilaian yang optimal. Mari bergabung dalam keluarga Forum Indonesia
Muda, Aku untuk Bangsaku.
-----------
Kamu mau jadi bagian dari FIM? Tuliskan data kamu di sini dan tunggu pendaftaran FIM 18 ya di tahun 2016!
https://goo.gl/wOIzqK
Kamu mau jadi bagian dari FIM? Tuliskan data kamu di sini dan tunggu pendaftaran FIM 18 ya di tahun 2016!
https://goo.gl/wOIzqK
0 komentar: