Essai IYD Camp 2015
Saya memiliki
passion yang begitu besar dalam bidang kepemimpinan, sosial dan pendidikan.
Oleh karena itu, saya telah banyak bergabung pada organisasi yang bergerak di bidang
tersebut. Saya menyadari bahwa kekuatan terbesar negara ini adalah pemudanya, maju
atau mundurnya bangsa ini adalah karena perbuatan pemudanya. Saya telah terjun
pada masyarakat desa dan terus berupaya mengembangkan desa melalui program
kerja Desa mitra Banteran dibawah binaan Kementrian Pengabdian Masyarakat BEM
UNSOED. Setelah saya terjun di Desa Banteran saya melakukan beberapa tahap
pendekatan dengan aparatur desa maupun masyarakat desa yang pada umumnya
bekerja sebagai petani. Komoditi padi serta sayur mayur merupakan dua hal yang
menjadi berkah bagi masyarakat Desa Banteran untuk dapat mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Keadaan Desa begitu miris terutama pada bidang kesehatan,
pendidikan, lingkungan dan dinamika sosial akibat dampak dari era globalisasi.
Saya melakukan wawancara kepada aparatur desa dan mendapati kenyataan bahwa
desa mitra kami merupakan salah satu desa yang terletak pada kecamatan
termiskin di Banyumas yaitu, Kecamatan Sumbang padahal lokasi desa begitu dekat
sekali hanya berjarak tempuh 15 menit dari pusat pendidikan tinggi Universitas
Jenderal Soedirman (UNSOED) hal ini sungguh mengetuk hati nurani saya untuk
terus berproses memperbaiki taraf hidup masyarakat kelas bawah. Mendapati hal
tersebut banyak hal yang harus dibenahi mulai dari pemberdayaan masyarakat
supaya berdikari, melakukan pencerdasan sosial terkait aspek-aspek kesehatan,
lingkungan dan pendidikan serta bagaimana mengubah pola pikir awam masyarakat
desa. Masyarakat desa yang dominan berpendidikan rendah menjadi salah satu akar
rumput permasalahan yang harus segera di selesaikan, karena dengan pendidikan
mata rantai kemiskinan dan masalah-masalah negara akibat kemiskinan dapat
terputus. Melalui program desa binaan Kementrian Pengabdian Masyarakat BEM
UNSOED saya mengadakan penyuluhan-penyuluhan pertanian, kesehatan, pemberdaayan
masyarakat melalui ekonomi kreatif, dan pendidikan melalui rumah baca yang
berisi sumbangan buku bacaan. Pendampingan masyarakat sangat diperlukan, saya
pun melakukan pendampingan kepada mereka untuk mengontrol progress dari
program-program kerja yang telah di implementasikan di desa mitra. Masalah yang
lain adalah kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terutama
ekologis persawahaan, petani-petani di Desa Banteran tidak mendapatkan
penyuluhan dan pendidikan pertanian yang baik sehingga, kebiasaan mereka menggarap
sawah dengan penggunaan pupuk kimia serta pestisida kimia tanpa menggunakan takaran
yang tepat untuk menggarap satu petak sawah menjadi tidak terkendali dan
semaunya saja. Padahal dampak panjang dari kebiasaan ini tidak hanya rusaknya
lingkungan karena penggunaan bahan kimia yang melebihi kapasitas yang dapat
diremediasi oleh lingkungan itu sendiri tetapi, berkaitan langsung dengan nyawa
para petani. Walaupun terlihat dari luar mereka sehat, sebenarnya didalam tubuh
mereka telah terjadi akumulasi racun terus-menerus dan hasil panen raya mereka
pun tidak selalu dapat stabil dari tahun ketahun karena tanah sawah yang mereka
garap bertahun-tahun dengan kebiasaan buruk tersebut mengalami kerusakan yang
cukup parah. Hilangnya predator hama alami untuk mengatasi hama padi pun ikut
hilang bersamaan dengan penggunaan senyawa pestisida yang tidak spesifik cara kerjanya
dalam membunuh hama. Serangga pengendali hama dan serangga hama pun ikut mati,
tetapi serangga hama mengalami proses mutasi akibat terkenanya senyawa
pestisida dan mengalami resisten sehingga menyebabkan dosis yang digunakan
semakin meningkat dari tahun ke tahun. banyak bulir padi yang tumbuh namun
ternyata bulirnya tersebut tidak ada padinya, hal ini menjadi masalah petani
karena menurunkan hasil produksi panennya, tak lain masalah ini timbul adalah
karena hal tersebut merupakan akibat dari tidak sehatnya petani dalam menggarap
persawahan. Hasil dari pendekatan yang dilakukan melalui kelompok tani dan
ketua paguyuban desa serta jajaran pengurus desa Banteran ternyata
masalah-masalah ini terkait sekali dengan pergeseran kultur yang terjadi, era
globalisasi tidak hanya berdampak pada masyarakat kota tetapi berdampak nyata
sampai masyarakat desa, sampainya bahan kimia ke desa merupakan salah satu cara
instan mendapatkan hasil panen tanpa harus menunggu waktu yang lama,
kepraktisan yang ditawarkan era globalisasi inilah yang sudah mengakar di
masyarakat desa Banteran dan tidak menutup kemungkinan pada desa-desa lain yang
ada di Indonesia. Masalah lain adalah dinamika sosial masyarakat desa,
pergaulan remaja desa sangat memprihatinkan, di desa mitra yang saya terjuni
banyak remaja perempuan yang hamil diluar nikah. Penyimpangan pergaulan yang
kita biasa lihat terjadi pada masyarakat perkotaan ternyata terjadi juga pada
masyarakat desa, hal ini telah menggeser nilai-nilai normatif yang dianut oleh
masyarakat desa. Setelah ditelisik lebih jauh kenapa hal ini bisa terjadi
karena, pendidikan reproduksi dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi
yang tidak memadai. Selain itu, kurangnya sanitasi yang ada didesa menyebabkan banyaknya
warga desa yang buang air di hutan-hutan atau langsung di perairan. Pencemaran perairan
yang terjadi akibat kotoran manusia mengakibatkan penyakit endemik di desa. Terlalu
banyak permasalahan di desa yang sesungguhnya mengharapkan kita sebagai pemuda,
seorang mahasiswa yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi untuk dapat
berbagi ilmu dengan mereka, mengimplementasikan tri darma perguruan tinggi
yaitu pengabdian masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
desa. Komoditi pangan yang dihasilkan oleh masyakat pedesaan sangat
mempengaruhi kekuatan dan stabilitas pangan nasional oleh karena itu ketika ada
masalah di pedesaan berarti merupakan masalah nasional pula. Masyarakat
pedesaan yang masih mendominasi Indonesia dapat dijadikan kesempatan besar dan
kekuatan Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi asean. Namun, hal yang
paling utama untuk melakukan perubahan adalah dengan memulai perubahan itu sendiri
pada diri kita, saya pun bercermin bagaimana saya dapat merubah orang lain
sementara diri saya belum berubah. Oleh karena itu seiring proses transformasi
diri ini, saya telah memiliki kebiasaan untuk mencacat apa yang menjadi
kekurangan dan kelebihan diri dan kesalahan apa yang telah saya perbuat
sehingga saya dapat mengenali diri saya seutuhnya dan dapat belajar dari
kesalahan yang telah saya perbuat. Peran pemuda untuk membuat pendidikan
karakter lebih optimal haruslah terlebih dahulu dimulai dari diri sendiri, memperkaya
dirinya dengan ilmu, bergerak maju kearah kualitas hidup yang lebih baik dan bermartabat,
menetapkan prinsip-prinsip dasar sebagai nilai yang ideal dalam menetapkan cita-cita,
memilih strategi serta mampu menggali dan membangkitkan apa yang terbaik yang ada
didalam dirinya. Barulah dia dapat memberikan dampak bagi yang lain, karena
prinsip dasar tersebut akan menumbuhkan dimensi moral dan spiritual pada
pelaksaan tugas dan kewajiban dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Saya memiliki rasa tanggung jawab untuk membangun bangsa melalui bidang
keilmuan yang saya miliki. Berbekal pengalaman terjun langsung di masyarakat,
semoga menjadi nilai lebih tersendiri bagi saya untuk dapat menginspirasi,
berbagi ilmu dan belajar lebih banyak lagi di acara Indonesian Youth Dream Camp
2015 bersama 99 delegasi lainnya yang berdatangan dari seluruh penjuru nusantara
untuk menghasilkan solusi strategis secara arif dari banyaknya permasalahan
yang dihadapi bangsa Indonesia. Dengan mengikuti IYD Camp 2015 saya akan lebih
mengasah kapasitas dan kapabilitas diri saya selain itu, dapat membangun
jaringan (networking) untuk bergabung dengan dengan pemuda Indonesia yang
berasal dari beragam background yang sama-sama memiliki satu visi yaitu,
bergerak bersama memajukan Indonesia. melihat kondisi bonus demografi
indonesia, timbul permasalahan dimana kebanyakan pemuda di Indonesia tidak
tersiapkan, terlihat masih rendahnya kualitas hidup pemuda, rendahnya tingkat pendidikan
yang dimiliki, kurangnya keterampilan pemuda dalam menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) yang tidak lama lagi akan terealisasikan, pemuda sekarang masih
dianggap remeh dalam menentukan suatu kebijakan oleh kalangan tertentu, masih dianggap
belum matang karena banyaknya masalah kepemudaan yang timbul sehingga menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemuda. oleh karena itu, dengan mengikuti IYD
Camp 2015 saya ingin mendobrak paradigma lama masyarakat bahwa, kita sebagai pemuda
mampu bergerak bersama saling menguatkan dan berinovasi untuk memajukan bangsa
ini. Ilmu, pengalaman, serta motivasi dari 99 delegasi lain yang saya dapatkan
melalui kegiatan IYDCamp 2015 ini, insya Allah akan saya implementasikan pada
desa mitra Banteran sebagai bekal ilmu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
ada di desa mitra kami. Saya memiliki sifat yang open minded, menyukai hal-hal
baru yang menghadirkan tantangan baru, mampu bekerjasama, selalu ingin belajar
dan terus berupaya memperbaiki kualitas diri dari hari kehari, serta memiliki
keterampilan berkomunikasi yang baik untuk mengutarakan pendapat, karena saya
juga memiliki pengalaman menjadi MC dalam acara kampus. Sifat-sifat inilah yang
menyebabkan saya selalu ingin terus melakukan aksi untuk terus bergerak merubah
peradaban bangsa melalui karya-karya nyata. Saya berharap tim seleksi IYDCamp
2015 memilih saya sebagai salah satu dari 100 delegasi yang terpilih untuk mengikuti
rangkaian kegiatan selama 3 hari di daerah jogja yang istimewa. Karena saya memiliki
keinginan kuat untuk dapat membangun bangsa melalui aksi-aksi nyata, menuangkan
gagasan dan ide-ide kreatif sebagai solusi pemecahan masalah bangsa yang ada secara
arif dan strategis agar menjadi kaum terdidik yang memiliki jiwa pejuang,
berorientasi ke masa depan dan mau bergerak bersama-sama untuk membangun bangsa
dengan karya nyata.
0 komentar: