Essai IYD Camp 2015

5:18 PM Rima Ramadhania 0 Comments

Saya memiliki passion yang begitu besar dalam bidang kepemimpinan, sosial dan pendidikan. Oleh karena itu, saya telah banyak bergabung pada organisasi yang bergerak di bidang tersebut. Saya menyadari bahwa kekuatan terbesar negara ini adalah pemudanya, maju atau mundurnya bangsa ini adalah karena perbuatan pemudanya. Saya telah terjun pada masyarakat desa dan terus berupaya mengembangkan desa melalui program kerja Desa mitra Banteran dibawah binaan Kementrian Pengabdian Masyarakat BEM UNSOED. Setelah saya terjun di Desa Banteran saya melakukan beberapa tahap pendekatan dengan aparatur desa maupun masyarakat desa yang pada umumnya bekerja sebagai petani. Komoditi padi serta sayur mayur merupakan dua hal yang menjadi berkah bagi masyarakat Desa Banteran untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Keadaan Desa begitu miris terutama pada bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan dan dinamika sosial akibat dampak dari era globalisasi. Saya melakukan wawancara kepada aparatur desa dan mendapati kenyataan bahwa desa mitra kami merupakan salah satu desa yang terletak pada kecamatan termiskin di Banyumas yaitu, Kecamatan Sumbang padahal lokasi desa begitu dekat sekali hanya berjarak tempuh 15 menit dari pusat pendidikan tinggi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) hal ini sungguh mengetuk hati nurani saya untuk terus berproses memperbaiki taraf hidup masyarakat kelas bawah. Mendapati hal tersebut banyak hal yang harus dibenahi mulai dari pemberdayaan masyarakat supaya berdikari, melakukan pencerdasan sosial terkait aspek-aspek kesehatan, lingkungan dan pendidikan serta bagaimana mengubah pola pikir awam masyarakat desa. Masyarakat desa yang dominan berpendidikan rendah menjadi salah satu akar rumput permasalahan yang harus segera di selesaikan, karena dengan pendidikan mata rantai kemiskinan dan masalah-masalah negara akibat kemiskinan dapat terputus. Melalui program desa binaan Kementrian Pengabdian Masyarakat BEM UNSOED saya mengadakan penyuluhan-penyuluhan pertanian, kesehatan, pemberdaayan masyarakat melalui ekonomi kreatif, dan pendidikan melalui rumah baca yang berisi sumbangan buku bacaan. Pendampingan masyarakat sangat diperlukan, saya pun melakukan pendampingan kepada mereka untuk mengontrol progress dari program-program kerja yang telah di implementasikan di desa mitra. Masalah yang lain adalah kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terutama ekologis persawahaan, petani-petani di Desa Banteran tidak mendapatkan penyuluhan dan pendidikan pertanian yang baik sehingga, kebiasaan mereka menggarap sawah dengan penggunaan pupuk kimia serta pestisida kimia tanpa menggunakan takaran yang tepat untuk menggarap satu petak sawah menjadi tidak terkendali dan semaunya saja. Padahal dampak panjang dari kebiasaan ini tidak hanya rusaknya lingkungan karena penggunaan bahan kimia yang melebihi kapasitas yang dapat diremediasi oleh lingkungan itu sendiri tetapi, berkaitan langsung dengan nyawa para petani. Walaupun terlihat dari luar mereka sehat, sebenarnya didalam tubuh mereka telah terjadi akumulasi racun terus-menerus dan hasil panen raya mereka pun tidak selalu dapat stabil dari tahun ketahun karena tanah sawah yang mereka garap bertahun-tahun dengan kebiasaan buruk tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah. Hilangnya predator hama alami untuk mengatasi hama padi pun ikut hilang bersamaan dengan penggunaan senyawa pestisida yang tidak spesifik cara kerjanya dalam membunuh hama. Serangga pengendali hama dan serangga hama pun ikut mati, tetapi serangga hama mengalami proses mutasi akibat terkenanya senyawa pestisida dan mengalami resisten sehingga menyebabkan dosis yang digunakan semakin meningkat dari tahun ke tahun. banyak bulir padi yang tumbuh namun ternyata bulirnya tersebut tidak ada padinya, hal ini menjadi masalah petani karena menurunkan hasil produksi panennya, tak lain masalah ini timbul adalah karena hal tersebut merupakan akibat dari tidak sehatnya petani dalam menggarap persawahan. Hasil dari pendekatan yang dilakukan melalui kelompok tani dan ketua paguyuban desa serta jajaran pengurus desa Banteran ternyata masalah-masalah ini terkait sekali dengan pergeseran kultur yang terjadi, era globalisasi tidak hanya berdampak pada masyarakat kota tetapi berdampak nyata sampai masyarakat desa, sampainya bahan kimia ke desa merupakan salah satu cara instan mendapatkan hasil panen tanpa harus menunggu waktu yang lama, kepraktisan yang ditawarkan era globalisasi inilah yang sudah mengakar di masyarakat desa Banteran dan tidak menutup kemungkinan pada desa-desa lain yang ada di Indonesia. Masalah lain adalah dinamika sosial masyarakat desa, pergaulan remaja desa sangat memprihatinkan, di desa mitra yang saya terjuni banyak remaja perempuan yang hamil diluar nikah. Penyimpangan pergaulan yang kita biasa lihat terjadi pada masyarakat perkotaan ternyata terjadi juga pada masyarakat desa, hal ini telah menggeser nilai-nilai normatif yang dianut oleh masyarakat desa. Setelah ditelisik lebih jauh kenapa hal ini bisa terjadi karena, pendidikan reproduksi dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi yang tidak memadai. Selain itu, kurangnya sanitasi yang ada didesa menyebabkan banyaknya warga desa yang buang air di hutan-hutan atau langsung di perairan. Pencemaran perairan yang terjadi akibat kotoran manusia mengakibatkan penyakit endemik di desa. Terlalu banyak permasalahan di desa yang sesungguhnya mengharapkan kita sebagai pemuda, seorang mahasiswa yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi untuk dapat berbagi ilmu dengan mereka, mengimplementasikan tri darma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Komoditi pangan yang dihasilkan oleh masyakat pedesaan sangat mempengaruhi kekuatan dan stabilitas pangan nasional oleh karena itu ketika ada masalah di pedesaan berarti merupakan masalah nasional pula. Masyarakat pedesaan yang masih mendominasi Indonesia dapat dijadikan kesempatan besar dan kekuatan Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi asean. Namun, hal yang paling utama untuk melakukan perubahan adalah dengan memulai perubahan itu sendiri pada diri kita, saya pun bercermin bagaimana saya dapat merubah orang lain sementara diri saya belum berubah. Oleh karena itu seiring proses transformasi diri ini, saya telah memiliki kebiasaan untuk mencacat apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan diri dan kesalahan apa yang telah saya perbuat sehingga saya dapat mengenali diri saya seutuhnya dan dapat belajar dari kesalahan yang telah saya perbuat. Peran pemuda untuk membuat pendidikan karakter lebih optimal haruslah terlebih dahulu dimulai dari diri sendiri, memperkaya dirinya dengan ilmu, bergerak maju kearah kualitas hidup yang lebih baik dan bermartabat, menetapkan prinsip-prinsip dasar sebagai nilai yang ideal dalam menetapkan cita-cita, memilih strategi serta mampu menggali dan membangkitkan apa yang terbaik yang ada didalam dirinya. Barulah dia dapat memberikan dampak bagi yang lain, karena prinsip dasar tersebut akan menumbuhkan dimensi moral dan spiritual pada pelaksaan tugas dan kewajiban dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saya memiliki rasa tanggung jawab untuk membangun bangsa melalui bidang keilmuan yang saya miliki. Berbekal pengalaman terjun langsung di masyarakat, semoga menjadi nilai lebih tersendiri bagi saya untuk dapat menginspirasi, berbagi ilmu dan belajar lebih banyak lagi di acara Indonesian Youth Dream Camp 2015 bersama 99 delegasi lainnya yang berdatangan dari seluruh penjuru nusantara untuk menghasilkan solusi strategis secara arif dari banyaknya permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Dengan mengikuti IYD Camp 2015 saya akan lebih mengasah kapasitas dan kapabilitas diri saya selain itu, dapat membangun jaringan (networking) untuk bergabung dengan dengan pemuda Indonesia yang berasal dari beragam background yang sama-sama memiliki satu visi yaitu, bergerak bersama memajukan Indonesia. melihat kondisi bonus demografi indonesia, timbul permasalahan dimana kebanyakan pemuda di Indonesia tidak tersiapkan, terlihat masih rendahnya kualitas hidup pemuda, rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki, kurangnya keterampilan pemuda dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang tidak lama lagi akan terealisasikan, pemuda sekarang masih dianggap remeh dalam menentukan suatu kebijakan oleh kalangan tertentu, masih dianggap belum matang karena banyaknya masalah kepemudaan yang timbul sehingga menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemuda. oleh karena itu, dengan mengikuti IYD Camp 2015 saya ingin mendobrak paradigma lama masyarakat bahwa, kita sebagai pemuda mampu bergerak bersama saling menguatkan dan berinovasi untuk memajukan bangsa ini. Ilmu, pengalaman, serta motivasi dari 99 delegasi lain yang saya dapatkan melalui kegiatan IYDCamp 2015 ini, insya Allah akan saya implementasikan pada desa mitra Banteran sebagai bekal ilmu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di desa mitra kami. Saya memiliki sifat yang open minded, menyukai hal-hal baru yang menghadirkan tantangan baru, mampu bekerjasama, selalu ingin belajar dan terus berupaya memperbaiki kualitas diri dari hari kehari, serta memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik untuk mengutarakan pendapat, karena saya juga memiliki pengalaman menjadi MC dalam acara kampus. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan saya selalu ingin terus melakukan aksi untuk terus bergerak merubah peradaban bangsa melalui karya-karya nyata. Saya berharap tim seleksi IYDCamp 2015 memilih saya sebagai salah satu dari 100 delegasi yang terpilih untuk mengikuti rangkaian kegiatan selama 3 hari di daerah jogja yang istimewa. Karena saya memiliki keinginan kuat untuk dapat membangun bangsa melalui aksi-aksi nyata, menuangkan gagasan dan ide-ide kreatif sebagai solusi pemecahan masalah bangsa yang ada secara arif dan strategis agar menjadi kaum terdidik yang memiliki jiwa pejuang, berorientasi ke masa depan dan mau bergerak bersama-sama untuk membangun bangsa dengan karya nyata.

You Might Also Like

0 komentar: